262.

Aletta mengantarkan Gama ke apartmennya. Aletta yang tidak mampu untuk membawa Gama yang keadaannya sangat mabuk malam itu membuatnya juga meminta bantuan Gilang, kakak tingkat Aletta dan teman yang lumayan dekat dengan Gama.

Gilang pergi terlebih dahulu ketika sudah tiba di apartemen milik Gama.

Aletta hendak pergi menyusul Gilang, namun tiba-tiba Gama menariknya sehingga Aletta terjatuh dan ikut terbaring di atas kasur milik Gama dengan posisi Gama yang memeluknya dengan erat.

Tentunya Aletta sangat tidak nyaman dan terus memberontak karena saat itu aroma tubuh Gama sangat tidak mengenakkan, bau alkohol yang sangat menyengat di hidungnya.

“GAMA, LEPASIN KAMU BAU ALKOHOL!” Aletta berteriak karena Gama yang semakin erat memeluknya.

“Mama mana?”

Gama tiba-tiba bertanya seperti itu, membuat Aletta berhenti memberontak.

“Mama udah ngga ada ya ….”

Keduanya saling terdiam, Aletta pun bingung harus merespon seperti apa.

“MAMA UDAH NGGA ADA AL, MAMA UDAH NGGA ADA!” Gama berteriak, terus menyebut mamanya membuat pelukannya itu terlepas.

“MAMA NGGA ADA, ALENA NGGA ADA, SIAPA LAGI ORANG YANG MAU NINGGALIN GUE? SIAPA LAGI?!”

“KENAPA GA GUE AJA YANG MATI ANJING KENAPA GA GUE AJA?!”

Mendengar teriakan-teriakan Gama itu, Aletta langsung memegang kedua bahu Gama dan berusaha menghentikannya.

“Gama, liat aku.”

“Mama kamu, udah tenang di sana.”

“Semua udah jadi rencana Tuhan, Gama.”

Gama malah menangis, membuat Aletta semakin khawatir.

Kepergian mamanya pasti membuat Gama sangat terpukul karena sedari kecil ia tidak pernah lepas dari mamanya. Bahkan dahulu Gama pernah berjanji bahwa ia tidak akan mencintai wanita lain selain mamanya dan Alena.

Aletta langsung memeluk Gama kemudian mengusap pelan punggung milik Gama. Aletta berusaha menahan aroma alkohol itu, ia terus mengusap dan memupuk pelan punggung Gama, agar laki-lakinya itu bisa merasa lebih tenang.

“Gapapa, masih ada Jay.”

“Masih ada aku juga.”

Tak ada respon lagi dari Gama, sepertinya laki-laki itu sudah sedikit tenang.

“Jam sepuluh aku pulang ya.”

Mendengar itu, sontak Gama langsung menarik selimut dengan satu kakinya, membuat selimut itu tepat menutupi setengah tubuhnya dan tubuh Aletta.

“Nginep,” ujar Gama singkat.

Aletta akhirnya pasrah karena sepertinya sudah sulit jika memberontak. Posisinya pun kini sudah bergantian, Gama yang memeluk Aletta dengan erat.