Epan, Kia, dan Aldo.

Evan berjalan dengan langkah yang sedikit lambat, karena berjalan sembari memperhatikan sebuah kue ulang tahun yang ada di tangannya itu.

Temannya itu memberinya sebuah kue ulang tahun yang hampir didominasikan oleh cream coklat, dan Evan tidak terlalu menyukai coklat. Entah, setiap ia memakan banyak makanan atau minuman yang berbau coklat, rasanya mual. Namun, ia tetap menyukai kue yang telah diberikan sebagai hadiah ulang tahun dari temannya itu. Ia berpikir, mungkin ia bisa memakan kuenya bersama ibunya atau A Agra.

“Pan”

Langkah Evan terhenti, ketika ada seseorang yang memanggil namanya.

Evan melihat ke depan, terdapatlah Aldo dan dua temannya, Dafa dan Bagas.

“Kue dari Kia, ya?” Tanya Aldo pada Evan.

Evan diam, tak menjawab.

“Ditanya diem aja, jawab atuh” Tanya Aldo lagi dengan nada yang sedikit menekan.

Jujur saja, perasaan Evan kini tidak enak. Ada rasa takut dalam dirinya ketika ada anak laki-laki yang sepantaran dengannya, namun lebih memiliki tubuh yang besar dan tinggi darinya.

Evan memberanikan diri untuk menjawab, “Iya”

“Ultah yang ke berapa sia?” Tanya Aldo lagi.

“Dua belas” Jawab Evan sembari menundukkan kepalanya.

“Naha nunduk?” (Kenapa nunduk?)

Tak ada respon dari Evan.

“Makin gede, makin cupu”

Lagi-lagi tidak ada respon dari anak laki-laki yang masih membawa sebuah kue di tangannya itu.

“Maneh ngehasut Kia biar gak mau main sama aing, ya?” Tanya Aldo lagi.

Evan menggelengkan kepalanya.

“Halah, bohong”

Aldo melirik ke arah kue ulang tahun pemberian dari Kia yang ada di tangan Evan. Sangat tidak disangka, Aldo menepis kue tersebut hingga terjatuh ke tanah.

Evan sedikit terkejut dan takut, namun ia berusaha untuk tetap tenang.

“Yah, kuenya jatuh” Ucap Aldo dengan nada mengejek.

Evan menatap ke arah kue yang sudah terbelah menjadi dua di tanah, “Aldo, kok kuenya dijatuhin?” Tanya Evan dengan polosnya.

“Gak pernah makan kue ulang tahun, ya? Kasian” Ucap Dafa.

“Gak mampu dia mah buat beli kue ulang tahun” Ujar Aldo disertai dengan tawa mengejek.

“Aldo..” Ucap Evan.

“Apa?”

“Kamu kenapa gitu?” Tanya Evan.

“Aldo gak suka sama Evan?”

“Evan punya salah apa sama Aldo?”

Aldo mengeluarkan sedikit tawanya ketika mendengar beberapa pertanyaan dari Evan.

“Gak ada salah apa-apa sih, cuma aing gak suka aja sama maneh” Jawab Aldo.

Aldo melirik ke arah tas punggung milik Evan, ia kemudian menarik secara paksa tas yang masih menempel di punggung Evan.

“Aldo, mau ngapain?” Tanya Evan yang berusaha melepaskan tangan Aldo yang terus menarik tasnya secara kasar.

“Lepas gak?!” Ucap Aldo.

Dafa dan Bagas pun tidak hanya diam, mereka membantu Aldo yang menarik tas Evan agar lepas dari punggung pemiliknya.

Evan pun mengalah, daripada tali tasnya putus karena terus ditarik paksa oleh Aldo dan dua temannya, ia akhirnya melepaskan tasnya dari punggungnya.

“Jelek banget tasnya, dekil gini” Ucap Aldo yang terlihat jijik saat memegang tas milik Evan.

“Tas udah jelek gini, mana tali sebelahnya udah mau putus. Minta beli yang baru dong ke mama kamu!” Ucap Bagas.

Tak ada respon dari Evan, ia malah menundukkan dalam-dalam kepalanya.

Aldo mulai membuka tas Evan, untungnya tidak ada buku sekolah atau barang penting di dalam tas itu, hanya ada tepak makan berukuran mini yang berisi beberapa buah kiko.

“Hahaha, masih jaman ya makan es kiko serebuan?” Tanya Aldo ketika mendapati beberapa buah kiko dari dalam tas Evan.

“Pan, maneh norak banget tau gak masih jajan jajanan kaya gini? Gak mampu jajan yang mahalan dikit?” Ujar Aldo lagi.

“Gak mampu atuh, ibunya cuma jadi petani di sawah orang, gak punya bapak lagi” Ujar Bagas.

Jangan ditanya, sangat sakit sekali ketika Evan harus mendengar lontaran kata demi kata yang mengejek kehidupannya yang memang serba pas-pasan, bahkan terkadang kurang dari kata pas-pasan.

Cacian-cacian itu terus keluar dari mulut ketiga anak laki-laki yang ada di hadapannya sekarang. Evan takut, tetapi ia tidak mau Aldo dan teman-temannya tau bahwa ia sedang merasa takut.

Aldo menjatuhkan semua kiko yang ada di dalam tepak makan mini tersebut ke tanah.

“Kiko cuma seribuan, tapi pasti ini juga dibeliin sama Kia kan?” Tanya Aldo.

Melihat Evan yang hanya terdiam tak menjawab, Aldo menginjak-nginjak kiko yang sudah terjatuh di tanah sampai beberapa kiko itu hancur.

“Aldo, jangan diinjek-injek” Ucap Evan yang berusaha untuk menahan Aldo agar berhenti menginjak-nginjak kikonya.

“Udah hancur semua, masih mau dimakan?” Tanya Dafa.

Evan hendak mengambil tasnya yang masih berada di tangan Aldo, namun dengan cepat Aldo menarik kembali tas milik Evan.

“Kalo tasnya aing ambil, nanti maneh gak bisa sekolah lagi dong? Ada uangnya gak buat beli tas baru?” Tanya Aldo yang lagi-lagi disertai dengan nada mengejek.

Evan masih berusaha untuk mengambil tasnya dari tangan Aldo, namun Dafa dan Bagas menarik bajunya hingga ia tidak berhasil mendapatkan tasnya kembali.

“Epan!”

Sebuah teriakan yang memanggil nama Evan membuat sang pemilik nama, Aldo, Dafa dan Bagas menengok ke arah sumber suara.

Kia, ternyata gadis kecil itu yang memanggil nama Evan dengan teriakannya.

Melihat Kia berlari menghampiri mereka, Dafa dan Bagas melepaskan tarikan baju pada Evan.

Kia yang sudah tau bahwa Dafa dan Bagas menarik-narik baju temannya itu pun bertanya, “Kalian kenapa narik-narik baju Evan?”

Tak ada jawaban dari Dafa dan Bagas. Kia melihat ke bawah, ke arah kue dan kiko yang sudah hancur di tanah.

“Itu kan kue sama kiko dari Kia, kok sampe hancur gini?” Tanya Kia.

Melihat tas Evan yang ada di tangan Aldo membuat Kia paham apa yang sedang terjadi.

“Aldo, kamu apain Epan?” Tanya Kia.

“Kalian ya yang ngehancurin kiko sama kuenya?” Tanya Kia lagi.

“Nggak, Ki, tadi Al-“

“Orang tadi Kia juga liat Kamu ditarik-tarik bajunya sama mereka!” Ucap Kia yang memotong omongan Evan, karena ia tau Evan akan menyembunyikan dan berusaha menutupi perlakuan yang Aldo dan teman-temannya lakukan padanya.

“Aldo, kamu nakal banget”

“Padahal itu kue ulang tahunnya buat Evan, kamu bukan nakal lagi, kamu udah jahat banget” Ujar Kia yang menatap Aldo dengan tatapan tidak sukanya.

Kia mencoba meraih tas Evan yang ada di tangan Aldo, namun dengan cepat Aldo menjauhkannya.

“Balikin, Aldo!”

“Kia, aku nggak-”

Kia mendorong Aldo, sehingga ia berhasil meraih tas milik Evan. Gadis kecil itu kemudian menarik lengan Evan dan segera membawanya pergi dari hadapan Aldo dan teman-teman liciknya dengan langkah yang cukup cepat.